Penjelasan lengkap tentang takbir zawaid bisa
saudara baca pada buku Tanya Jawab Agama jilid 1 hal 113-115. Secara singkat
kami sampaikan bahwa Muktamar Tarjih ke-20 di Garut Jawa Barat tahun 1976 telah
memutuskan bahwa takbir dalam salat idain ialah tujuh kali (takbir) pada rakaat
pertama dan lima kali (takbir) pada rakaat kedua, dan Keputusan Muktamar Tarjih
tersebut telah ditanfidz oleh PP Muhammadiyah tahun 1397/1977.
ثُمَّ يُكَبِّرُ بَعْدَ تَكْبِـيْرَةِ اْلإِحْرَامِ سَبْعَ تَكْبِيْرَاتٍ
لِلرَّكْعَةِ اْلأُوْلَى وَخَمْسًا لِلثَّانِيَـةِ.
Artinya: “Kemudian ia
bertakbir setelah takbiratul ihram tujuh kali takbir pada rakaat pertama dan
lima kali takbir (setelah takbir intiqal) pada rakaat kedua.”
Sedang
dalil-dalil yang dijadikan alasan adalah:
1-
عَنْ كَثِيرِ بْنِ عَبْدِ اللهِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ النَّبِىَّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَبَّرَ فِى الْعِيدَيْنِ فِى الأُولَى سَبْعًا قَبْلَ
الْقِرَاءَةِ وَفِى الآخِرَةِ خَمْسًا قَبْلَ الْقِرَاءَةِ. [رواه الترمذى]
Artinya: “Diriwayatkan dari
Kasir bin Abdullah dari ayahnya dari kakeknya, sungguh Nabi saw
bertakbir pada salat dua hari raya tujuh kali (takbir) pada rakaat pertama dan
lima kali (takbir) pada rakaat kedua sebelum membaca (surat).” [HR.
at-Tirmidzi]
2- أنَّ النَّبِيَّ
صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَـبَّرَ فِي عِيْدٍ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ
تَكْبِيْرَةً سَبْعًا فِى اْلأُوْلَى وَخَمْسًا فِى الآخِرَةِ وَلمَ ْ يُصَلِّ قَبْلَهُمَا
وَلاَبَعْدَهُمَا. [رواه أحمد]
Artinya: “Sungguh Nabi saw
bertakbir pada salat hari raya duabelas (kali) takbir, tujuh kali (takbir) pada
rakaat pertama dan lima kali (takbir) pada rakaat kedua dan beliau tidak
melakukan salat (sunat) sebelumnya dan tidak pula sesudahnya.” [HR. Ahmad]
3- عَنْ
عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ قَالَ نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ التَّكْبِيْرُ فىِ الْفِطْرِ سَبْعٌ فِى اْلأُوْلَى وَخَمْسٌ
فِى اْلآخِرَةِ وَالْقِرَاءَةُ بَعْدَهُمَا كِلْتَيْهِمَا. [رواه أبو داود]
Artinya: Diriwayatkan dari
Abdullah bin Amr ia berkata, Nabiyullah saw bersabda: Takbir pada
(salat) hari raya (fitri) tujuh kali (takbir) pada rakaat pertama dan lima kali
(takbir) pada rakaat kedua sebelum membaca (surat).” [HR. Abu Dawud]
Untuk menjawab
pertanyaan saudara yang pertama (mengapa pada takbir pertama dan kedua dalam
salat Idul Fitri tidak melaksanakan tujuh dan lima kali takbir sebagaimana yang
lain?), maka sesuai dengan hasil pembacaan kami terhadap dokumen Tarjih yang
ada kaitannya dengan pertanyaan saudara perlu kami sampaikan beberapa hal,
yaitu;
1.
Mengenai jumlah takbir zawaid di
dalam salat idain (hari raya Fitri dan Adha) terdapat dua pendapat. Pertama,
pendapat yang mengatakan bahwa takbir zawaid itu tujuh dan lima, yakni
setelah takbiratul ihram membaca tujuh kali takbir pada rakaat pertama, dan
lima kali takbir pada rakaat kedua setelah takbir intiqal. Kedua,
pendapat yang mengatakan bahwa takbir dalam salat idain itu satu-satu,
yaitu takbir dalam salat idul Fitri dan Idul Adha dilakukan satu kali pada
rakaat pertama dan kedua sebagaimana halnya salat biasa, seperti salat Jum’at
dan lainnya.
2.
Adapun pendapat pertama (takbir
zawaid tujuh dan lima) beralasan pada hadis-hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad,
Abu Dawud dan at-Tirmidzi sebagaimana dijelaskan di atas. Juga berdasarkan
kepada Qaidah Tarjih tentang “Hadis-hadis dhaif yang dapat dijadikan hujjah”.
Qaidah yang dimaksud adalah:
اْلأَحَادِيْثُُ الضَّعِيْفَةُ
يَعْضَدُ بَعْضُهَا بَعْضًا لاَ يُحْتَجُّ بِهَا إِلاَّ مَعَ كَثْرَةِ طُرُقِهَا وَفِيْهَا
قَرِيْنَةٌ تَدُلُّ عَلَى ثُبُوْتِ أَصْلِهَا وَلَمْ تُعَارِضْ الْقُرآنَ وَالْحَدِيْثَ
الصَّحِيْحَ
Artinya: “Hadis-hadis
dhaif yang menguatkan satu pada lainnya tak dapat dibuat hujjah, kecuali
apabila banyak jalannya dan padanya terdapat qarinah yang menunjukkan ketetapan
asalnya dan tidak bertentangan dengan al-Qur’an dan Hadis Sahih”.
Dari qaidah tersebut dapat dipahami bahwa hadis-hadis tentang takbir
zawaid meskipun kualitasnya tidak sampai pada derajat hadis sahih bahkan
dikategorikan hadis dhaif, akan tetapi jalan (periwayatan)-nya banyak dan
terdapat qarinah yang menunjukkan asalnya, yaitu bahwa takbir tujuh dan lima
dipraktekkan oleh beberapa shahabat.
3.
Sedang pendapat yang mengatakan
bahwa takbir dalam salat idain itu satu kali takbir pada rakaat pertama dan
satu kali takbir pada rakaat kedua, beralasan bahwa hadis-hadis yang
menunjukkan adanya takbir tujuh kali pada rakaat dan lima kali pada rakaat
kedua, semuanya tidak ada yang sampai pada derajat sahih, dan hadis dhaif
meskipun banyak jumlahnya tidak bisa saling kuat menguatkan untuk dijadikan
hujjah.
Adapun
permasalahan kedua yang saudara tanyakan - yakni tentang khatib menyampaikan
khutbah khusus untuk perempuan - , pemahaman ini didasarkan pada hadis riwayat
Jabir bin Abdullah sebagai berikut;
قَالَ
شَهِدْتُ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلاَةَ يَوْمَ
الْعِيدِ فَبَدَأَ بِالصَّلاَةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلاَ
إِقَامَةٍ ثُمَّ قَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى بِلاَلٍ فَأَمَرَ بِتَقْوَى اللهِ
وَحَثَّ عَلَى طَاعَتِهِ وَوَعَظَ النَّاسَ وَذَكَّرَهُمْ ثُمَّ مَضَى حَتَّى
أَتَى النِّسَاءَ فَوَعَظَهُنَّ وَذَكَّرَهُنَّ. [رواه مسلم]
Artinya: “Saya pernah
menyaksikan Nabi saw pada hari raya, beliau memulai dengan salat sebelum
khutbah tanpa adzan dan iqamah, kemudian beliau berdiri dengan bersandar kepada
Bilal, beliau memerintahkan untuk bertaqwa kepada Allah, menganjurkan taat
kepada Allah, dan menasehati para jamaah, dan mengingatkannya. Kemudian beliau
berlalu, sehingga mendatangi jamaah perempuan, beliau menasehati mereka dan
mengingatkannya.” [HR. Muslim]
Hadis-hadis
yang semakna dengan hadis Muslim cukup banyak di antaranya:
1.
Hadis riwayat Abdurrahman bin
Abbas ia menceritakan;
سَمِعْتُ
ابْنَ عَبَّاسٍ قَالَ خَرَجْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
يَوْمَ فِطْرٍ أَوْ أَضْحَى فَصَلَّى ثُمَّ خَطَبَ ثُمَّ أَتَى النِّسَاءَ
فَوَعَظَهُنَّ وَذَكَّرَهُنَّ وَأَمَرَهُنَّ بِالصَّدَقَةِ. [رواه البخارى]
Artinya: “Saya mendengar Ibnu Abbas berkata, saya
(Ibnu Abbas) telah keluar rumah (untuk melaksanakan salat ied) bersama
Rasulullah saw pada hari Fitri atau Adha, beliau salat lalu berkhutbah,
kemudian mendatangi jamaah perempuan dan beliau menasehati mereka,
mengingatkannya, dan menyuruh mereka agar mengeluarkan shadaqah.” [HR.
al-Bukhari]
2.
Hadis riwayat Jabir bin Abdullah
dengan redaksi yang berbeda dengan hadis
Jabir bin Abdullah yang terdapat dalam kitab Muslim:
إِنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَامَ يَوْمَ الْفِطْرِ فَصَلَّى
فَبَدَأَ بِالصَّلَاةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ ثُمَّ خَطَبَ النَّاسَ فَلَمَّا فَرَغَ
نَبِيُّ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَزَلَ وَأَتَى النِّسَاءَ
فَذَكَّرَهُنَّ وَهُوَ يَتَوَكَّأُ عَلَى يَدِ بِلاَلٍ. [رواه مسلم]
Artinya: “Sungguh
Nabi saw merayakan hari Fitri, maka beliau salat, beliau memulai dengan salat
sebelum khutbah kemudian menyampaikan khutbah kepada jamaah, maka ketika
Nabiyullah Saw. selesai (dari khutbahnya), beliau turun dan mendatangi jamaah
perempuan beliau menasehati dan mengingatkannya, sedang beliau berdiri dengan
bersandar kepada Bilal.” [HR. Muslim]
Hadis riwayat
Abdurrahman bin Abbas menjelaskan bahwa Nabi saw merayakan Idul Fitri atau Idul
Adha dengan salat dulu kemudian khutbah, dan Nabi saw mendatangi jamaah
perempuan untuk menasihatinya dan memerintahkan mereka agar mengeluarkan
sadaqah, sedang hadis riwayat Jabir bin Abdullah menegaskan bahwa nasihat Nabi
untuk jamaah perempuan dilakukan setelah beliau selesai dari khutbahnya.
Imam an-Nawawi
dalam syarah Shahih Muslim berpendapat bahwa nasihat (khutbah) khusus untuk
jamaah perempuan dilaksanakan setelah selesai dari khutbah. Hal ini ditunjukkan
oleh kalimatفلما
فرغ نزل فأتى النساء (maka ketika Nabi selesai dari
khubahnya, lalu beliau mendatangi jamaah perempuan), dan hal ini sangat
dianjurkan untuk dilaksanakan jika jamaah perempuan tidak dapat mendengar
khutbah yang disampaikan oleh khatib.
Sesuai dengan
pembacaan terhadap hadis-hadis tersebut dan syarahnya (penjelasannya), maka
nasihat yang pernah dilakukan oleh Nabi saw pada hari Fitri atau Adha
dilaksanakan setelah selesai khutbah bukan ditengah-tengah khutbah.
Demikian
penjelasan atau jawaban yang dapat kami sampaikan semoga menjadi wawasan bagi
kita semua.